BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
di sekolah bukan hanya ditentukan dari usaha murid secara individual atau
berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar,
melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai
situasi sosial yang dihadapinya didalam maupun diluar sekolah.
Pendidikan
dipandang sebagai sosialisasi, yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka karena
itu sudah sewajarnya seorang pendidik harus berusaha menganalisis lapangan
pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusiawi dalam
keluarga, di sekolah, di luar sekolah, dalam masyarakat dan system-sistem
sosialnya.
Selain
memandang anak sebagai individu, guru harus pula mempelajarinya sebagai makhluk
sosial, sebagai anggota dari berbagai macam lingkungan sosial.
B. Rumusan
Masalah
Untuk
mengetahui bagaimana struktur sosial sekolah, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1.
Apa pengertian struktur sosial?
2.
Bagaimana kedudukan dan peranan struktur
sosial sekolah?
3.
Bagaimana kedudukan struktur sosial sekolah dalam
masyarakat sekolah?
4.
Bagaimana struktur sosial orang dewasa di
sekolah?
5.
Bagaimana kedudukan guru dalam struktur
sosial sekolah?
6.
Bagaimana hubungan antara guru dan murid?
7.
Bagaimana klik dikalangan guru?
8.
Apakah yang dimaksud dengan orang dewasa tak
pengajar?
9.
Bagaimana struktur sosial murid-murid di
sekolah?
10. Bagaiman
kedudukan murid menurut usia dan kelas?
11. Apakah
yang dimaksud dengan struktur sosial berhubungan dengan kurikulum?
12. Bagaimana
pengelompokan di sekolah?
13. Apa
saja pengaruh-pengaruh luar terhadap sekolah?
C. Tujuan
Penulisan
Dari
rumusan masalah diatas ditariklah beberapa tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya
adalah:
1. Untuk
mengetahui makna struktur social sekolah.
2. Untuk
mengetahui kedudukan dan peranan struktur social sekolah.
3. Untuk
mengetahui kedudukan struktur sosial sekolah dalam masyarakat sekolah.
4. Untuk
mengetahui struktur sosial orang dewasa di sekolah.
5. Untuk
mengetahui kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah.
6. Untuk
mengetahui hubungan antara guru dan murid.
7. Untuk
mengetahui klik dikalangan guru.
8. Untuk
mengetahui makna orang dewasa tak pengajar.
9. Untuk
mengetahui struktur sosial murid-murid di sekolah.
10. Untuk
mengetahui bagaimana kedudukan murid menurut usia dan kelas.
11. Untuk
mengetahui struktur sosial yang berhubungan dengan kurikulum.
12. Untuk
mengetahui pengelompokan-pengelompokan yang terjadi di dalam sekolah.
13. Untuk
mengetahui pengaruh-pengaruh luar terhadap sekolah.
BAB
II
ISI
STRUKTUR
SOSIAL SEKOLAH
A. STRUKTUR SOSIAL
Bila
seorang insinyur bicara tentang “struktur” bangunan maka yang dimaksud adalah
(1) materialnya, (2) hubungan antara bagian-bagian baangunan, dan (3) bangunan
itu dalam keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan sebagainya.
Demikian juga struktur sosial dimaksud (1) materialnya (jumlah orang, pria,
wanita, dewasa, anak, guru, murid, dan sebagainya), (2) hubungan antara
bagiannya (apa yang diharapkan guru dari murid dan sekolahnya, dan sebagainya),
(3) hakikat masyarakat itu sebagai keseluruhan yakni caranya bagian-bagiannya
menjadi kesatuan yang bulat agar dapat menjalankan fungsinya.
Material
bagi sekolah adalah kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid-murid pria
maupun wanita yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan.
Dalam
struktur sosial terdapat system kedudukan dan peran anggota-anggota kelompok
yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang
memegang kekuasaan paling banyak sampai kedudukan yang paling rendah. Dalam
struktur sosial sekolah, kepala sekolah menduduki kedudukan yang paling tinggi
dan pesuruh kedudukan yang paling rendah. Dalam kelas guru memiliki kedudukan
yang paling tinggi dari pada murid. Biasanya murid-murid kelas rendah merasa
mempunyai kedudukan yang paling rendah daripada murid-murid kelas yang paling
tinggi.
Struktur
itu memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif dengan
baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan
seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu. Dengan demikian dapat dicegah
berbagai konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.
B. KEDUDUKAN DAN PERANAN
Kedudukan
atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan
hubungannya dengan orang lain, misalnya apa yang dapat diharapkan oleh seorang
suami dari istrinya, apa yang diharapkan majikan dari pekerjaan pegawainya,
bagaimana orang tua atau guru memperlakukan anak atau sebaliknya. Status atau
kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Dalam kedudukannya sebagai guru
ia mengharapkan kelakuan tertentudari murid, lepas dari pribadinya sebagai
individu, apakah ia peramah, keras, pandai, rajin atau pemalas. Setiap guru
dalam kedudukannya sebagai guru dapat mengharapkan kelakuan tertentu dari
murid, siapa pun guru itu dan siapa pun murid itu.
Status
atau kedudukan individu, apakah ia diatas atau dibawahstatus orang lain
mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau
status seseorang. Seorang mandor diharapkan memberikan perintah kepada pekerja.
Guru diharapkan mematuhi instruksi kepala sekolah tetapi menuntut agar
murid-murid belajar. Akan tetapi cara-cara seorang membawakan peranannya dapat
berbeda menurut kepribadian seseorang. Guru dapat bersifat otokratisatau
demokratis dalam menjalankan peranannya.
Tiap
orang dalam masyarakat mempunyai berbagai kedudukan. Seorang murid mempunyai
kedudukan sebagai pelajar, ketua murid, anggota regu sepak bola atau sebagai
kakak terhadap murid-murid yang lebih rendah kelasnya, sedangkan dirumah ia
berkedudukan sebagai anak terhadap orang tuanya, adik terhadap kakaknya dan
diluar rumah ia menjadi teman teman bagi sejumlah anak-anak lainnya. Demikian
pula guru itu berkedudukan sebagai suami atau istri, bapak atau ibu bagi
anaknya, anggota paduan suara atau ada kalanya menjadi sopir kendaraan umum.
Dalam tiap kedudukan itu ia menjalankan peranan tertentu. Berdasarkan kedudukan
daripadanya diharapkan kelakuan tertentu.
Peranan
mencangkup kewajiban dan hak yang bertalian dengan kedudukan. Dalam
kedudukan individu sebagai guru ia berkewajiban mendidik anak dan berhak untuk
mengharuskannya belajar dan bila perlu memberikannya hukuman. Sebaliknya anak
dalam kedudukannya sebagai murud harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima
pelajaran. Kita lihat bahwa peranan selalu mempunyai segi timbale balik. Guru
hanya dapat menjalankan peranannya antara lain menyuruh anak belajar bila murid
mematuhinya dan mau belajar. Hak guru memerintah dibarengi dengan oleh
kewajibanmurid untuk mematuhinya. Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah
serangkaian hak dan kewajiban yakni bersifat timbale balik dalam hubungan antar
individu. Hak adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang
sebaliknyamenimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan
itu. Hak sesorang dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk
mematuhinya.
Kedudukan
seseorang ada yang diperoleh berdasaarkan kelairan, ada pula yang diperoleh
sendiri berkat usaha individu.
Orang
lahir sebagai anak raja, anak kasta Brahmana atau Paria, dan kenyataan itu
menetukan peranannya. Demikian juga seorang lahir sebagai pria atau wanita,
anak berkulit putih atau berkulit hitam. Individu lahir sebagai bayi, kemudian
berkembang sebagai pemuda lalu menjadi bapak dan mengakhiri hidupnya sebagai
kakek. Dalam tiap fase perkembangannya ia mempunyai kedudukan dan peran
tertentu.
Dalam
masyarakat modern dengan banyaknya pembagian dan spesialisasi pekerjaan, luas
kemungkinan untuk memperoleh kedudukan berkat usaha sendiri, antara lain
melalui pendidikan. Juga dalam negara kita yang merdeka ini boleh
dikatakan tidak ada lagi jabatan yang ditentukan oleh keturunan dan kebangsaan
seperti dulu terdapat pada zaman feudal-kolonial. Pada prinsifnya setiap warga
Negara dapat menduduki jabatan yang setinggi-tingginya. Dalam kenyataan
kelahiran seseorang menurut seks, agama, suku bangsa, status sosialdan
lain-lain masih ada pengaruhnya seklaipun tidak sesuai dengan UUD 1945.
Kedudukan berdasarkan kelahiran dan usaha terdapat dalam tiap masyarakat. Makin
maju suatu masyarakat makin bnayak kesempatan bagi setipa orang untuk menduduki
tempat tertentu, sekalipun sering melalui persaingan yang berat.
C. BERBAGAI KEDUDUKAN DALAM MASYARAKAT SEKOLAH
Sekolah,
seperti system sosial lainnya dapat dipelajari berdasarkan kedudukan anggota
dalam kelompok itu.
Setiap
orang yang menjadi anggota suatu kelompok mempunyai bayangan tentang kedudukna
masing-masing dalam kelompok itu. Setiap anak mempunyai gambaran tentang
kedudukan ayah, ibu, dan anggota keluarga lainnya. Demikian juga di sekolah
kita mempunyai bayangan tentang kedudukan kepala sekolah, guru-guru, staf
administrasi, pesuruh dan murid-murid sendiri serta hungan antara berbagai
kedudukan itu. Biasanya gambaran seseorang tentang berbagai kedudukan itu
bercorak pribadi dan berkaitan dengan tokoh tertentu. Namun yang akan kita
selidiki bukanlah yang bersifat pribadi itu, melainkan yang bersifat umum. Kita
ketahui kedudukan seorangayah pada umumnya dalam keluarga serta hubungannya
dengan kedudukan ibu, anak-anak dan pembantu, walaupun setiap ayah menjalankan
peranannya denagn cara yang khas menurut pribadinya dalam keluarga. Demikian
pula dapat diselidiki kedudukan kepala sekolah pada umumnya walaupun tipa
kepala sekolah mempunyai pribadi tersendiri yang unik dan menjalankan
peranannya menurut pribadi masing-masing.
Dalam
mempelajari struktur sekolah akan kita selidiki berbagai jenis anggota menurut
kedudukannya masing-masing dalam sisitem persekolahan.
Dengan
kedudukan atau posisi dimaksud kategori atau tempat seseorang dalam system
klasifikasi sosial. Misalnya anak wanita ,pria dewasa,nenek menunjukan posisi
atau kedudukan dalamsistem penggolongan menurut usia jenis kelamin.Tiap
individu dapat mempunyai berbagai kedudukan menurut sistem klasifikasi, misalnya
seperti pria dewasa,sebagai bapak dalam keluarga,sebagai pegawai di
kantor,sebagai teman dalam pergaulan atau permainan atau sebagai anggota
golongan menengah.
Dalam
tiap kedudukan individu diharapkan menunjukan pola kelakuan tertentu. Perbuatannya,
ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya, dan sebagainya harus sesuai dengan apa
yang diharapkan bertalian dengan kedudukannya.Menurut kedudukan atau posisinya
ia harus menjalankan peranan tertentu.Peranan menentukan kelakuan yang
diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
Dalam
setiap kelompok orang mengenal kedudukan atau posisi masing –masing.Orang
mempunyai gambaran tentang kelakuan yang diharapkan dari masing-masing menurut
kedudukan yang ditempatinya. Jadi di masyarakat sekolah dari kepala sekolah, guru,
murid, pegawai sekolah diharapkan kelakuan tertentu.
Pada
umumnya dapat kita bedakan dua tingkat dalam struktur sosial sekolah yakni yang
berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan diantara mereka,jadi mengenai
kepala sekolah,guru-guru,pegawai administrasi.pesuruh,pengurus yayasan pada
sekolah swasta,Kanwil P dan K pada sekolah negeri. Tingkat ke dua berkenaan
dengan sistem kedudukan dan hubungan antara murid-murid. Selanjutnya hal ini akan
diselidiki hubungan diantara kedua tingkat itu.
D. STRUKTUR SOSIAL ORANG DEWASA DI SEKOLAH
Kepala
sekolah menduduki kedudukan yang paling tinggi di sekolah berkat
kedudukannya,tetapi juga karena sering pengalaman,masa kerja dan
pendidikannya.Ialah yang berhak mengambil keputusan yang harus di patuhi oleh
seluruh sekolah .disamping hak itu ia memikul tanggung jawab penuh atas
kelancaran pendidikan disekolah.Kepala sekolah merupakan perantaraantara atasan
yakni Kanwil dan Guru-guru.Keputusan-keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan
disampaikan oleh Kanwil melalui kepala sekolah kepada guru-guru dan
murid-murid.
Kepala
sekolah juga berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan petunjuk
,nasehat,saran-saran kepada guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki mutu
sekolah.
Kepala sekolah juga
memegang kepemimpinan disekolah dan ia di harapkan sanggup member pimpinan
dalam segala hal yang mengenai sekolah,dalam menghadapi masyarakat, muri-murid
maupun guru-guru.
Di sekolah
yang kecil, khususnya yang tidak mempunyai pegawai administrasi, kepala sekolah
sering harus berpungsi sebagai petugas administrasi,mengurus
korespondensi,mengantar surat keberbagai instansi,membuat laporan-laporan dan
sebagainya,karena biasanya ia mempunyai jam mengajar yang di kurangi,bahkan
dapat dibebaskan dari tugas mengajar.Dan pekerjaan administrasi itu kepala
sekolah dapat dibantu oleh guru.Akan tetapi disekolah menengah biasanya kepala
sekolah di bantu oleh oegawai administrasi.
E. KEDUDUKAN GURU DALAM STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH
Kedudukan
guru lebih rendah dari pada kepala sekolah dan karena itu ia harus
menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai sekolah. Dalam
kenaikan pangkat ia bergantung pada disposisi atau rekomendasi yang baik dari
kepala sekolah dan karena itu banyak sedikitnya masa depannya di tentukan oleh
hubungan-hubungan dengan kepala sekolah itu. Sebagai pegawai atau bawahan ia
dibawah kekuasaan kepala sekolahnya. Guru mempunyai kedudukan sebagai pegawai,
dan dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkanoleh
atasan Pemerintah atau yayasan. Pelanggaran dapat diberik tindakan yang
setimpal, bahkan dipecat yang berarti pencabutan sumber pedapatannya.
Kedudukan
guru tidak sama. Pada umumnya dianggap bahwa kedudukan guru SMP lebih tinggi
dari pada guru SD akan tetapi lebih rendah daripada Guru SMA. Petugas Inspeksi
yang mengawasi sekolah dianggap lebih tinggi pula kedudukannya daripada guru
maupun kepala sekolah.
Di
dalam sekolah menengah itu sendiri kedudukan guru juga tidak sama. Guru yang
mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi kedudukannya daripada
yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti matematika, fisika, kimia
menduduki tempat yang lebih terhormat daipada yang memegang bidang studi agama,
PKK, atau pendidkan jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam test masuk
Perguruan Tinggi
Kedudukan
guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja. Berkat usia dan pengalamannya
mengajar guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih
muda. Kegagalan untuk memenuhi harrapan ini akn bertentangan dengan bayangan
golongan tua tentang kedudkan golongan muda.
F. HUBUNGAN GURU-MURID
Hubungan
antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.
1. Ciri
has dari hubungan ini adalah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru
dan murid.
Guru itu secara umum
diakuai mempunyai status yang lebih tinggi dank arena itu dapat menuntut murid
untuk menunjukan kelakuan yang sesuai denagn sifat hubungan itu. Bila anak itu
meningkat sekolahnya ada kemungkinan ia mendapat kedudukan yang lebih tinggi
dan sebagai siswa pasca sarjana ia dapat diperlakuakn sebagai manusia yang
matang dan dewasa, jadi banyak sedikit dengan status yang mendekati status
dosen. Namun hubungan guru-murid dari masa sebelumnya masih melekat dan masih
susah dihilangkan, setidaknya di Negara kita ini. Guru atau dosen banyak
sedikit masih turut berkuasa atas nasib siswa dan selalu dapat berlindung di
belakang posisinya yang serba kuasa itu.
2. Dalam
hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan
kelakuan sebagai hasil belajar.
Setiap orang yang mengajar
akan mengalami perubahan dan menambah pengalamnnya, akan tetapi ia tidak
diharuskan atau diharapkan menunjukan perubahan kelakuan, sedngakan murid harus
memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia telah mengalami perubahan kelakuan.
3. Aspek
ke tiga ini bertalian dengan aspek ke dua yakni perubahan kelakuan yang
diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak
menuasai bahan pelajaran tertentu. Mengenai hal-hal yang umum, yang kabur,
tidak mudah tercapai, kesamaan pendapat, misalnya apakah guru harus menunjukan
cinta kasih dan saying kepada murid, apakah
ia harus bertindk sebagai orang tua,
atau sebagai sahabat. Karena sifat tak sama dalam kedudukan guru murid, maka
sukar bagi guru untuk mengadakan hubungan akrab, kasih saying atau sebagai teman
dengan murid. Demi hasil belajar yang diharapkan diduga guru itu harus
dihormati dan dapat memelihara jarak dengan murid agar ia dapat berperan
sebagai model bagi murid-muridnya.
Guru
akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid apabila dalam memberi pelajaran
dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti terdapat dalam metode ceramah akan
tetapi hubungan interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari
pihak murid. Hubungan itu akan lebih efektif dalam kelas yang kecil daripada di
kelas yang besar.
G. KLIK DI KALANGAN GURU
Di kalangan
guru-guru sering terjadi pengelompokan atau pembentukan “Klik” (clique) yang
bersifat informal. Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan jenis kelamin,
misalnya guru-guru wanita mempunyai kelompok atau klik sendiri untuk
tujuan-tujuan yang khas bagi wanita. Klik ini lebih bersifat sosial.
Kelompok
lain dibentuk berdasarkan minat profesional untuk membicarakan masalah-masalah
pendidkan. Kelompok professional ini tidak dibatasi pada jenis kelamin
tertentu.
Adapula
kelompok yang bersifat sosial bagi guru pria dan wanita yang berkumpul pada
waktu-waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang menggembirakan. Kesamaan
minat atau kegemaran seperti main kartu, olahraga, music, dan lain-lain, dapat
menjadi dasar membentuk klik. Anggota klik biasanya guru-guru dari tingkat
sekolah yang sama, misalnya guru-guru
SD, SMP, atau SMA. Jarang seorang guru menerobos batas-batas sekolah itu
dalam pembentukan klik informal.
Faktor-faktor
yang membantu pembentukan kelompok antara lain kedudukan formal yang sama,
misalnya guru-guru SMP, bidang studi yang diajarkan, seperti pengajar
matematika, juga faktor ekologi, yakni lokasi atau tempat tinggal yang
berdekatan.
Lalu
apakah peranan klik itu sendiri di sekolah? Hubungan dalam klik informal itu
sering memgang peranan dalam mengambil berbagai keputusan. Maka besar faedahnya
bila kepala sekolah mengetahui tentang adanya berbagai kelompok serta hubungan
antar-kelompok itu, atau pertentangan diantaranya. Pengetahuan itu dapat
membantu kepala sekolah untuk menggerakan seluruh staf guru untuk tujuan
tertentu. Ia dapat bkerja dan mencapai tujuannya melalui kelompok informal ini.
Guru-guru lebih mudah menerima sesuatu melalui guru-guru yang dipandangnya
sebagai sahabat.
Mungkin
juga terdapat persaingan antar-kelompok yang dapat dimanfaatkan kepala sekolah
untuk berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Akan tetapi persaingan
antar-kelompok dapat dapat mempunyai pengaruh yang merugikan.
H. ORANG DEWASA TAK PENGAJAR
Yang
termasuk golongan ini antara lain pegawai administrasi dan pesuruh sekolah. Secara
formal kedudukan mereka lebih rendah dari kepala sekolah dan tenaga pengajar.
Pesuruh dipandang lebih rendah kedudukannya daripada pegawai administrasi. Hierarki
itu juga diterima oleh yang bersangkutan dan oleh masyarakat.
Dalam
praktik ada kemungkinan pegawai administrasi yang telah lama memegang
jabatannya dan telah mengenal seluk beluk sekolah mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi. Banyak tugas dapat dipercayakan kepadanya. Dalam berbagai hal
pendapatnnya diperlukan oleh pemimpin sekolah dalam mengambil keputusan atau
tindakan. Guru-guru bahkan kepala sekolah dapat silih berganti akan tetapi
pegawai administrasi, khususnya kepala tata usaha mungkin tetap pada
jabatannnya, sehingga ia mudah mendapat kepercayaan staf guru termasuk kepala
sekolah. Tentu saja ada pula kemungkinan pegawai administrasi mempunyai
kedudukan informal ynag terhormat di dalam masyarakat atau mengenal masyarakat
secara mendalam sehingga kepala sekolah sering menggunakannya sebagai manusia
sumber dalam hal-hal yang menyangkut masyarakat dan pendidikan.
I. STRUKTUR SOSIAL MURID – MURID DI SEKOLAH
Sekolah
bagi murid-murid dapat dipandang sebagai system persahabatan dan hubungan
–hubungan soaial. Bedanya dengan orang dewasa ialah bahwa struktur sosial ini
lebih bersifat tak formal. Struktur social pada orang dewasa lebih formal,
karena kedudukan mereka yang berkaitan dengan jabatannya telah ditentukan dan
dapat dirumuskan serta merupakan suatu bagian dari system social dalam
masyarakat.
Pada
umumnya orang dalam masyarakat mengetahui kedudukan seorang guru di suatu
sekolah. Tak demikian halnya dengan kedudukan murid sebagai misalnya anggota
regu basket atau ketua kelompok belajar. Kedudukan murid hanya dikenal dalam
lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan murid yang lebih formal seperti
ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan Pemerintah. Akan
tetapi kebanyakan kedudukan murid bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam
kalangan sekolah itu saja.
Ada dua metode utama
untuk mempelajari struktur informal para pelajar:
1. Teknik
sosiometri yaitu dalam garis besarnya kepada murid ditanyakan siapakah diantara
murid-murid, satu orang atau lebih, yang paling disukainya sebagai teman
belajar,menonton bioskop, diundang ke rumah atau untuk kegiatan lainnya, atau
sebaliknya yang paling tidak disukainya, yang tidak dianggapnya sebagai teman.
Dari hasil pertanyaan itu yang diajukan kepada setiap murid dalam kelas atau
kelompok murid dapat disusun suatu diagram yang disebut sosiogramyang secara
visual jelas menunjukan kedudukan seorang dalam hubungan social dengan
murid-murid lain. Sosiogram itu dapat segera memperlihatkan pengelompokan atau
klik (clique) dikalangan murid-murid.
2. Metode
partisipasi-observasi yaitu sambil turut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
selama beberapa waktu mengadakan observasi tentang kelompok. Melalui
partisipasi itu pengamat menganalisis kedudukan setiap murid dalam hubungannya
dengan murid-murid lainnya di dalam kelompok itu. Seorang pengamat yang turut
serta dalam kegiatan murid yang terlatih sebagai pengamatakan dapat menemukan
dan merumuskan berbagai hubungan yang terdapat diantara anggota-anggota kelompok itu.
Disuatu
sekolah dapat kita temukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar
murid, antara lain :
�
Hubungan dan kedudukan berdasarkan usia dan
tingkat kelas
�
Struktur sosial berhubungan dengan kurikulum
�
Klik atau kelompok persahabatan disekolah
�
Hubungan antara struktur masyrakat dengan
pengelompokan di sekolah
�
Kelompok Elite
�
Kelompok siswa yang mempunyai organisasi
formal
J. KEDUDUKAN MENURUT USIA DAN KELAS
Murid-murid
suatu kelas yang pada umumnya mempunyai usia yang sama cendurung untuk menjadi
suatu kelompok yang merasa dirinya kompak dalam menghadapi kelas lain, bahkan
menghadapi guru misalnya dalam pertandingan dan peristiwa-peristiwa yang
menyangkut nama-nama dan kehormatan kelas itu. Terhadap kelas yang lebih tinggi
mereka merasa dirinya orang bawahan sebagai adik terhadap kakak yang pantas
menunjukan rasa hormat dan patuh. Sebaliknya terhadap kelas yang lebah rendah
mereka merasa sebagai “atasan” atau “kakak kelas” yang patut disegani dan
dipatuhi. Demikian pula murid-murid SMA merasa dirinya lebih tinggi daripada
murid SMP akan tetapi memandang mahasiswa sebagai kakak yang lebih tinggi
kedudukannya. Antara murid-murid yang berbida tingkat kelasnya terdapat
hubungan atasan-bawahan, super-ordinat-sub-ordinat atau kakak-adik. Murid-murid
yang lebih tinggi mempunyai kekuasaan dan control terhadap murid-murid yang
kelasnya lebih rendah dan usianya lebih
muda.
Kedudukan
atasan dan kekuasaan murid-murid kelas tinggi diperkuat oleh bebagai tugas
kehormatan yang diberikan kepada mereka, sebagai ketua OSIS, ketua regu olah
raga atau bebagai panitia, pengurus berbagai perkumpulan lainnya atau pemimpin berbagai
kegiatan siswa lainnya.
Dalam tiap kelas terdapat pula macam-macam kumpulan, akan
tetapi perkumpulan itu hanya sebatas pada murid-murid di kelas itu saja. Namun
ada perkumpulan dan kegiatan yang melewati batas-batas kelas, misalnya regu
olahraga, band music, dan lain-lain oleh sebab itu murid-murid yang menonjol
prestasi atau keterampilannya tersebar di semua kelas.
K. STRUKTUR SOSIAL BERHUBUNGAN DENGAN KURIKULUM
Pada
umunya tidak ada diferensiasi kurikulum berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Murid-murid
di SD, SMP, SMA wanita maupun pria mengikuti pelajaran yang sama. Disana-sini
terdapat perbedaan kecil, misalnya sepak bola hanya di ikuti oleh murid-murid
pria saja dan ketrampilan menjahit yang lebih sesuai dilakukasn oleh murid-murid
wanita. Bidang studi akademis sama bagi semua anak pria maupun wanita.
Belajar
sebagai kegiatan utama disekolah ada pertaliaannya dengan struktur social
murid-murid. Berhasil atau gagalnya seorang murid dalam pelajarannya turut
menentukan kedudukannya dalam kelompoknya. Seorang dikenal jago matematika,
fisika, bahasa, dan lain-lain. Murid-murid yang pandai sering diberikan
tugas-tugas yang khusus dari guru. Biasanya hanya murid-murid yang rapornya
baik dizinkan menjadi anggota pengurus perkumpulan sekolah. Dalam kelompok
belajar murid yang pandai akan dijadikan pemimpin. Ada sekolah-sekolah yang
termasuk besar yang membentuk kelas yang terdiri atas murid-murid yang
berprestasi tinggi.
Di
SMA setelah semester pertama diadakan pembagian dalam jurusan-jurusan, menurut
teorinya menyalurkan murid-murid menurut bakat masing-masing. Dalam
kenyataannya murid-murid yang berprestasi yang memadai akan msuk ke dalam
jurusan IPA yang dianggap mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada
misalnya jurusan IPS, karena urusan itu membuka pintu ke jabatan yang lebih tinggi
dan terhormat seperti insinyur atau dokter. Maka murid-murid yang masuk IPS
dapat dicap sebagai yang “kurang pandai” yang mereka rasakan sebagai pukulan
terhadap harga diri mereka.
L. PENGELOMPOKAN DI SEKOLAH
Pengelompokan
atau pembentukan klik (Clique) mudah terjadi disekolah. Suatu klik terbentuk
bila dua orang atau lebih saling merasa persahabatan yang akrab dan karena itu
banyak yang bermain bersama, sering bercakap-cakap, merencanakan dan melakukan
kegitan yang sama di dalam maupun di luar sekolah. Mereka saling merasakan apa
yang dialami oleh salah seorang anggota kelompoknya dan saling mengungkapkan
apa yang terkandung dalam hatinya termasuk apa yang dirahasiakannya kepada
orang lain, seperti hubungan mereka dengan orangtua dengan jenis kelamin lain
dan kesulitan-kesulitan pribadi lainnya.
Keanggotaan
klik bersifat sukarela dan tak formal. Seorang diterima atau ditolak atas
persetujuan bersama. Walaupun klik tidak
mempunyai peraturan yang jelas, namun ada nilai-nilai yang dijadikan dasar untuk
menerima anggota baru dan menindaknya bila ia tidak memenuhi syarat-syarat itu.
Anggota klik merasa diri bersatu dan merasa
diri kuat dan penuh kepercayaan berkat rasa persatuan dan kekompakan itu.
Mereka mengutamakan kepentingan kelompok di atas kepentingan individual dan
sikap ini dapat menimbulkan konflik dengan orangtua, sekolah, dan klik-klik
lainnya. Bila klik ini mempunyai sikap anti sosial maka klik itu dapat menjadi
“geng”.
Orang
luar, khususnya orang tua dan guru sering tidak dapat memahami makna klik bagi
anggota-anggotanya dank arena itu cenderung untuk meremehkannya. Akibatmnya
pemuda itu justru makin merapatkan diri dengan kelompoknya yang member kekuatan
kepadanya untuk membebaskan diri dari kekuasaan dan pengawasan orang tua,
sekolah dan lembaga-lembaga lainnya. Dari kelompoknya ia yakin mendapat bantuan
penuh akan tetapi sebaliknya tiap anggota harus menunjukan kesetiannya kepada
kelompok itu. Mereka yang tidak patuh akan disingkirkan dan ancaman akan
dianggap pengkhianat terhadap klik itu
menjami kekompakkannya.
Untuk
mengetahui struktur pengelompokan atau klik di dalam kelas kita gunakan teknik sosiometri
seperti telah diuraikan sebelumnya. Anggota klik yang semuanya yang saling
memilih dapat dipandang paling kompak. Kekompakan itu agak kurang eratnya bila
anggotanya juga memilih orang lain itu di luar klik itu.
Belum
cukup keterangan tentang stabilitas klik. Dalam klik terjadi perubahan karena
berbagai alas an misalnya pindahnya seorang anggota ke sekolah lain atau kelas
lain, adanya anggota yang tinggal kelas atau putus sekolah atau meningkatnya
seorang ke dalam klik yang lebih tinggi
kedudukannya. Perubahan juga terjadi dengan bertambahnya usia. Ada kemungkinan
mereka memasuki masa pacaran yang meminta loyalitas baru.
Stabilitas
klik dapat diselidiki dengan menggunakan teknik sosiometri pada jangka waktu
tertentu, misalnya dengan jarak waktu satu , dua atau tiga tahun. Dengan
membandingkan sosiogramnya dapat kita lihat perubahan-perubahan yang terjadi. Kita
dapat pula mencoba menyelidiki sebab-sebab perubahan itu. Sebab-sebab itu letak
di dalam kelompok itu sendiri dan bukan atas pengaruh guru. Suatu pertanyaan
ialah hingga manakah guru mampu mengubah struktur social murid-murid kelas.
Faktor
yang paling penting dalam pembentukan klik adalah usia atau tingkat kelas. Suatu
klik jarang beranggotakan anak yang berusia dua tahun lebih atau yang kelasnya
satu dua tahun lebih tinggi. Selain itu klik biasanya beranggotakan murid jenis
kelamin yang sama. Tidak ada bukti yang menunjukan pembentukan klik berdasarkan
prestasi akademis atau intelgensi. Menurut pengamatan sehari-hari tampaknya
anggota suatu klik mempunyai minat atau kegemaran yang sama, misalnya musik,
olah raga dan sebagainya.
Klik
juga menggambarkann struktur social dalam masyarakat. Anggota klik kebanyakan
termauk golongan social yang sama tingkatnya. Maka klik menunuka stratifikasi
social yang terdapat dalam masyarakat temapat sekolah itu berada. Murid-murid
pada umunya memilih sebagai temannya sekolompok anak dari golongan social yang
sama atau yang lebih sedikit tingkatannya. Anak-anak dari golongan social
rendah kurang dipilih sebagai teman seklik.
Struktur
klik juga bertalian dengan struktur ekologi masyarakat. Mereka yang tepat
tinggalnya berdekat cenderung untuk sama-sama pulang pergi ke sekolah dengan
kendaraan atau jalan kaki dan dengan demikian mengikat persahabatan. Factor ini
tak lepas dari dan dengan dengan demikian mengikat persahabatan. Factor ini tak
lepas dari factor-faktor sebelumnya karena tempat tinggal juga ditentukan oleh
status social tertentu.
Batas-batas
antar-golongan dapat dapat diterobos berkat pergaulan jangka lama. Lagi pula
bila dalam masyarakat sendiri tidak terdapat batas-batas golongan social yang
jelas, maka di sekolah juga tidak akan terdapat rintangan dalam pergaulan
antar-golongan. Tidak terdapat pengelompokan murid berdasarkan pekerjaan atau
kedudkan orang tuanya.
Bentuk-bentuk
klik yang memungkinkan timbulnya di suatu sekolah banyak aneka ragamyna,
bergantung pada perbedaan murid yang terdapat di sekolah itu. Ada kemungkinan
terbentuk kelompok berdasarkan kesukuan di kalangan murid-murid yang dapat dari
daerah lain, atau karena mereka merupakan minoritas. Ada kelompok ‘elite’ yang
terdiri dari atas anak-anak orang kaya atau yang menunjukan prestasi akademis
tinggi dan kepribadian yang tinggi. Ada pula keompok orang rendahan, yang
berasal dari keluarga yang tak-berpendidikan, yang kelakuannya berbeda dan
tidak dapat diterima baik oleh murid-murid lain. Studi tentang corak klik dapat
mengungkapka latar belakang yang lebih mendalam.
Pengelompokan
murid atau adanya berbagai klik dalam system social kelas mempengaruhi kelakuan
anggota kelompok itu, ke arah yang baik maupun ahli sosiologi belum secara
mendalam menganalisisnya dan mempelaari efeknya atas fungsi kelompok itu maupun
atas kelakuan anggotanya secara individual. Guru belum menggunakan atau bahkan
melihat kemungkinan penggunaan klik untuk kepentingan pendidikan, misalnya
untuk mempertinggi motivasi belajar,
memelihara dan mempertahankan norma-norma kelakuan yang baik atau mempertinggi
efekitvitas pendidikan.
Selain
pengelompokan yang tak-formal terdapat puka perkumpulan yang mempunyai
pengurus. Perkumpulan utama di sekolah menengah ialah OSIS yang dapat meliputi
berbagai seksi, seperti seksi olahraga, kesenian, kerohanian, dan sebagainya.
Para siswa yang mempunyai hobi tertentu dapat membentuk kelompok masing-masing,
yang dapat bernaung di bawah OSIS.
Menjadi
anggota pengurus merupakan suatu kehormatan. Berkat tugas dan tanggung jawab,
mereka akan dikranl oleh segenap siswa dank arena itu mendapat status yang
terhormat. Dalam berbagai hal misalnya mengenai siswa dan sekolah mengambil
keputusan, sehingga mereka merasa tururt bertanggung jawab atas kesejahteraan
sekolah.
M. PENGARUH-PENGARUH LUAR TERHADAP SEKOLAH
Berbagai
hal-hal diluar sekolah yang dapat mempengaruhi system sekolah itu sendiri
antara lain:
a)
Pengaruh terhadap murid
b)
Pengaruh terhadap peranan guru
c)
Pengaruh terhadap sekolah
Pengaruh terhadap peranan murid.
Peranan
murid antara lain ditentukan oleh guru akan tetapi juga oleh pandangan
masyarakat tentang peranan murid antara lain oleh keluarga murid, kelompok
sepermainan, model-model bagi kelakuannya termasuk tokoh-tokoh media masa.
Orang tua dapat mempengaruhi sikap anak terhadap otoritas guru,dapat mendukung
atau mencela guru dalam tindakannya. Orang tua juga dapat membantu anak dalam
pekerjaan anaknya atau menugaskan anak melakukan berbagai pekerjaan yang
menghalangi anak belajar di rumah. Status social bertalian yang bertalian dengan
aspirasi orangtua dan prestasi belajar muris. Orang tua yang berada dapat
menyediakan segala fasilitas belajar bagi anaknya.
Kelompok
teman sepermainnanya yang mempunyai sub-kebudayaan tersendiri dapat menambah
motivasi anak belajar atau justeru menyelewengkan anak kepada kegiatan yang
merusak pelajaran. Bagaman memanfaatkan kelompok itu untuk kebaikan pendidikan
masih merupakan masalah bagi para pendidik.
Dalam
dunia modern ini anak dipengaruhi oleh berbagai tokoh film, TV, majalah, buku
komik dan lain-lain, yang dijadikan anak sebagai model yang dapat diduga
mempengaruhi kelakuan anak, walaupun belum kita ketahui apa dan bagaimana
pengaruh itu. Media massa diduga dapat merusak hubungan guru-murid, bila
tokoh-tokoh criminal atau pemberontak yang banyak menggunakan kekerasan dan
dipuja-puja seperti pahlawan.
Pengaruh luar terhadap guru
Peranan
guru sebagian besar ditentukan oleh harapan-harapan kepala sekolah dan pihak
atasan. Murid-murid sendiri jarang menantang kedudukan guru. Akan tetapi pihak
luar dapat mempengaruhi peranannya, antara lain:
� Orang
tua murid
� Perkumpulan
guru
� Keluarga
dan teman sepergaulan guru
Walaupun
orang tua jarang berhadapan muka dengan guru kecuali dalam hal-hal khusus,
namun pengaruh orang tua sangat besar atas kelakuan guru. Setiap guru tahu
bahwa anak-anak memberitahukan kepada orang tuanya apa yang terjadi di sekolah dan secar berkala orangtua
mendapat laporan tentang hasil beljara dan kelakuan murid. Kesadarn itu akan
turut menetukan tindakan guru terhadap setiap anak.
Perkumpulan
guru dapat mempengaruhi guru dan mengharapkan agar guru-guru berpegang teguh
kepada etika guru.
Hingga
batas tertentu mungkin guru juga dipengaruhi oleh keluarganya sendiri dan oleh
orang-orang dalam lingkungan sosialnya.
Pengaruh luar terhadap sekolah
Tiap
sekolah berada dalam lingkungan sosial tertentu, yakni masyarakat sekitar,
daerah, maupun Negara. Norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sekitar
sekolah mau tidak mau harus di hormati guru. Dalam masyarakat terdapat
kelompokkelompok yang dengan sengaja ingin mempengaruhi apa yang diajarkan
kepada anak-anak seperti golongan usahawan, buruh, patriot gama, veteran,
tentara, politik, dan sebagainya, tentu saja melalui pemerintah. Sekolah tak
dapat tiada menjalankan kurikulumdengan segala aturan yang ditentukan oleh
Negara.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi
yang dimaksud struktur sosial sekolah adalah
1.
materialnya (jumlah orang, pria, wanita,
dewasa, anak, guru, murid, dan sebagainya)
2.
hubungan antara bagiannya (apa yang
diharapkan guru dari murid dan sekolahnya, dan sebagainya)
3.
hakikat masyarakat itu sebagai keseluruhan
yakni caranya bagian-bagiannya menjadi kesatuan yang bulat agar dapat
menjalankan fungsinya.
Struktur
itu memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif dengan
baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan
seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu. Dengan demikian dapat dicegah
berbagai konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.
B.
Saran
Kami
akui makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan pengalaman yang kami
miliki sangat kurang dan terbatas. Oleh karena itu diharapkan kepada para
pembaca untuk memberikan saran dan kritk yang membangun untuk pembelajaran kami
di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasution. M.A. Prof. Dr. Sosiologi
Pendidikan. 2004.Jakarta:Bumi Aksara
Gunawan, Ary. 2006.Sosiologi
Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar