Sabtu, 08 Desember 2012

STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan dari usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru  dalam proses belajar mengajar, melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya didalam maupun diluar sekolah.
Pendidikan dipandang sebagai sosialisasi, yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka karena itu sudah sewajarnya seorang pendidik harus berusaha menganalisis lapangan pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusiawi dalam keluarga, di sekolah, di luar sekolah, dalam masyarakat dan system-sistem sosialnya.
Selain memandang anak sebagai individu, guru harus pula mempelajarinya sebagai makhluk sosial, sebagai anggota dari berbagai macam lingkungan sosial.
B.     Rumusan Masalah
Untuk mengetahui bagaimana struktur sosial sekolah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian struktur sosial?
2.      Bagaimana kedudukan dan peranan struktur sosial sekolah?
3.      Bagaimana kedudukan struktur sosial sekolah dalam masyarakat sekolah?
4.      Bagaimana struktur sosial orang dewasa di sekolah?
5.      Bagaimana kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah?
6.      Bagaimana hubungan antara guru dan murid?
7.      Bagaimana klik dikalangan guru?
8.      Apakah yang dimaksud dengan orang dewasa tak pengajar?
9.      Bagaimana struktur sosial murid-murid di sekolah?
10.  Bagaiman kedudukan murid menurut usia dan kelas?
11.  Apakah yang dimaksud dengan struktur sosial berhubungan dengan kurikulum?
12.  Bagaimana pengelompokan di sekolah?
13.  Apa saja pengaruh-pengaruh luar terhadap sekolah?  

C.     Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas ditariklah beberapa tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:
1.      Untuk mengetahui makna struktur social sekolah.
2.      Untuk mengetahui kedudukan dan peranan struktur social sekolah.
3.      Untuk mengetahui kedudukan struktur sosial sekolah dalam masyarakat sekolah.
4.      Untuk mengetahui struktur sosial orang dewasa di sekolah.
5.      Untuk mengetahui kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah.
6.      Untuk mengetahui hubungan antara guru dan murid.
7.      Untuk mengetahui klik dikalangan guru.
8.      Untuk mengetahui makna orang dewasa tak pengajar.
9.      Untuk mengetahui struktur sosial murid-murid di sekolah.
10.  Untuk mengetahui bagaimana kedudukan murid menurut usia dan kelas.
11.  Untuk mengetahui struktur sosial yang berhubungan dengan kurikulum.
12.  Untuk mengetahui pengelompokan-pengelompokan yang terjadi di dalam sekolah.
13.  Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh luar terhadap sekolah.















BAB II
ISI
STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH

A.    STRUKTUR SOSIAL
Bila seorang insinyur bicara tentang “struktur” bangunan maka yang dimaksud adalah (1) materialnya, (2) hubungan antara bagian-bagian baangunan, dan (3) bangunan itu dalam keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan sebagainya. Demikian juga struktur sosial dimaksud (1) materialnya (jumlah orang, pria, wanita, dewasa, anak, guru, murid, dan sebagainya), (2) hubungan antara bagiannya (apa yang diharapkan guru dari murid dan sekolahnya, dan sebagainya), (3) hakikat masyarakat itu sebagai keseluruhan yakni caranya bagian-bagiannya menjadi kesatuan yang bulat agar dapat menjalankan fungsinya.
Material bagi sekolah adalah kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid-murid pria maupun wanita yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan.
Dalam struktur sosial terdapat system kedudukan dan peran anggota-anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan paling banyak sampai kedudukan yang paling rendah. Dalam struktur sosial sekolah, kepala sekolah menduduki kedudukan yang paling tinggi dan pesuruh kedudukan yang paling rendah. Dalam kelas guru memiliki kedudukan yang paling tinggi dari pada murid. Biasanya murid-murid kelas rendah merasa mempunyai kedudukan yang paling rendah daripada murid-murid kelas yang paling tinggi.
Struktur itu memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu. Dengan demikian dapat dicegah berbagai konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.

B.     KEDUDUKAN DAN PERANAN
Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain, misalnya apa yang dapat diharapkan oleh seorang suami dari istrinya, apa yang diharapkan majikan dari pekerjaan pegawainya, bagaimana orang tua atau guru memperlakukan anak atau sebaliknya. Status atau kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Dalam kedudukannya sebagai guru ia mengharapkan kelakuan tertentudari murid, lepas dari pribadinya sebagai individu, apakah ia peramah, keras, pandai, rajin atau pemalas. Setiap guru dalam kedudukannya sebagai guru dapat mengharapkan kelakuan tertentu dari murid, siapa pun guru itu dan siapa pun murid itu.
Status atau kedudukan individu, apakah ia diatas atau dibawahstatus orang lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang. Seorang mandor diharapkan memberikan perintah kepada pekerja. Guru diharapkan mematuhi instruksi kepala sekolah tetapi menuntut agar murid-murid belajar. Akan tetapi cara-cara seorang membawakan peranannya dapat berbeda menurut kepribadian seseorang. Guru dapat bersifat otokratisatau demokratis dalam menjalankan peranannya.
Tiap orang dalam masyarakat mempunyai berbagai kedudukan. Seorang murid mempunyai kedudukan sebagai pelajar, ketua murid, anggota regu sepak bola atau sebagai kakak terhadap murid-murid yang lebih rendah kelasnya, sedangkan dirumah ia berkedudukan sebagai anak terhadap orang tuanya, adik terhadap kakaknya dan diluar rumah ia menjadi teman teman bagi sejumlah anak-anak lainnya. Demikian pula guru itu berkedudukan sebagai suami atau istri, bapak atau ibu bagi anaknya, anggota paduan suara atau ada kalanya menjadi sopir kendaraan umum. Dalam tiap kedudukan itu ia menjalankan peranan tertentu. Berdasarkan kedudukan daripadanya diharapkan kelakuan tertentu.
Peranan mencangkup kewajiban dan hak yang bertalian dengan  kedudukan. Dalam kedudukan individu sebagai guru ia berkewajiban mendidik anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu memberikannya hukuman. Sebaliknya anak dalam kedudukannya sebagai murud harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran. Kita lihat bahwa peranan selalu mempunyai segi timbale balik. Guru hanya dapat menjalankan peranannya antara lain menyuruh anak belajar bila murid mematuhinya dan mau belajar. Hak guru memerintah dibarengi dengan oleh kewajibanmurid untuk mematuhinya. Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban yakni bersifat timbale balik dalam hubungan antar individu. Hak adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknyamenimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. Hak sesorang dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
Kedudukan seseorang ada yang diperoleh berdasaarkan kelairan, ada pula yang diperoleh sendiri berkat usaha individu.
Orang lahir sebagai anak raja, anak kasta Brahmana atau Paria, dan kenyataan itu menetukan peranannya. Demikian juga seorang lahir sebagai pria atau wanita, anak berkulit putih atau berkulit hitam. Individu lahir sebagai bayi, kemudian berkembang sebagai pemuda lalu menjadi bapak dan mengakhiri hidupnya sebagai kakek. Dalam tiap fase perkembangannya ia mempunyai kedudukan dan peran tertentu.
Dalam masyarakat modern dengan banyaknya pembagian dan spesialisasi pekerjaan, luas kemungkinan untuk memperoleh kedudukan berkat usaha sendiri, antara lain melalui  pendidikan. Juga dalam negara kita yang merdeka ini boleh dikatakan tidak ada lagi jabatan yang ditentukan oleh keturunan dan kebangsaan seperti dulu terdapat pada zaman feudal-kolonial. Pada prinsifnya setiap warga Negara dapat menduduki jabatan yang setinggi-tingginya. Dalam kenyataan kelahiran seseorang menurut seks, agama, suku bangsa, status sosialdan lain-lain masih ada pengaruhnya seklaipun tidak sesuai dengan UUD 1945. Kedudukan berdasarkan kelahiran dan usaha terdapat dalam tiap masyarakat. Makin maju suatu masyarakat makin bnayak kesempatan bagi setipa orang untuk menduduki tempat tertentu, sekalipun sering melalui persaingan yang berat.

C.    BERBAGAI KEDUDUKAN DALAM MASYARAKAT SEKOLAH
Sekolah, seperti system sosial lainnya dapat dipelajari berdasarkan kedudukan anggota dalam kelompok itu.
Setiap orang yang menjadi anggota suatu kelompok mempunyai bayangan tentang kedudukna masing-masing dalam kelompok itu. Setiap anak mempunyai gambaran tentang kedudukan ayah, ibu, dan anggota keluarga lainnya. Demikian juga di sekolah kita mempunyai bayangan tentang kedudukan kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi, pesuruh dan murid-murid sendiri serta hungan antara berbagai kedudukan itu. Biasanya gambaran seseorang tentang berbagai kedudukan itu bercorak pribadi dan berkaitan dengan tokoh tertentu. Namun yang akan kita selidiki bukanlah yang bersifat pribadi itu, melainkan yang bersifat umum. Kita ketahui kedudukan seorangayah pada umumnya dalam keluarga serta hubungannya dengan kedudukan ibu, anak-anak dan pembantu, walaupun setiap ayah menjalankan peranannya denagn cara yang khas menurut pribadinya dalam keluarga. Demikian pula dapat diselidiki kedudukan kepala sekolah pada umumnya walaupun tipa kepala sekolah mempunyai pribadi tersendiri yang unik dan menjalankan peranannya menurut pribadi masing-masing.
Dalam mempelajari struktur sekolah akan kita selidiki berbagai jenis anggota menurut kedudukannya masing-masing dalam sisitem persekolahan.
Dengan kedudukan atau posisi dimaksud kategori atau tempat seseorang dalam system klasifikasi sosial. Misalnya anak wanita ,pria dewasa,nenek menunjukan posisi atau kedudukan dalamsistem penggolongan menurut usia jenis kelamin.Tiap individu dapat mempunyai berbagai kedudukan menurut sistem klasifikasi, misalnya seperti pria dewasa,sebagai bapak dalam keluarga,sebagai pegawai di kantor,sebagai teman dalam pergaulan atau permainan atau sebagai anggota golongan menengah.
Dalam tiap kedudukan individu diharapkan menunjukan pola kelakuan tertentu. Perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya, dan sebagainya harus sesuai dengan apa yang diharapkan bertalian dengan kedudukannya.Menurut kedudukan atau posisinya ia harus menjalankan peranan tertentu.Peranan menentukan kelakuan yang diharapkan dalam situasi sosial tertentu.
Dalam setiap kelompok orang mengenal kedudukan atau posisi masing –masing.Orang mempunyai gambaran tentang kelakuan yang diharapkan dari masing-masing menurut kedudukan yang ditempatinya. Jadi di masyarakat sekolah dari kepala sekolah, guru, murid, pegawai sekolah diharapkan kelakuan tertentu.
Pada umumnya dapat kita bedakan dua tingkat dalam struktur sosial sekolah yakni yang berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan diantara mereka,jadi mengenai kepala sekolah,guru-guru,pegawai administrasi.pesuruh,pengurus yayasan pada sekolah swasta,Kanwil P dan K pada sekolah negeri. Tingkat ke dua berkenaan dengan sistem kedudukan dan hubungan antara murid-murid. Selanjutnya hal ini akan diselidiki hubungan diantara kedua tingkat itu.

D.    STRUKTUR SOSIAL ORANG DEWASA DI SEKOLAH
Kepala sekolah menduduki kedudukan yang paling tinggi di sekolah berkat kedudukannya,tetapi juga karena sering pengalaman,masa kerja dan pendidikannya.Ialah yang berhak mengambil keputusan yang harus di patuhi oleh seluruh sekolah .disamping hak itu ia memikul tanggung jawab penuh atas kelancaran pendidikan disekolah.Kepala sekolah merupakan perantaraantara atasan yakni Kanwil dan Guru-guru.Keputusan-keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan disampaikan oleh Kanwil melalui kepala sekolah kepada guru-guru dan murid-murid.
Kepala sekolah juga berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan petunjuk ,nasehat,saran-saran kepada guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki mutu sekolah.
Kepala sekolah juga memegang kepemimpinan disekolah dan ia di harapkan sanggup member pimpinan dalam segala hal yang mengenai sekolah,dalam menghadapi masyarakat, muri-murid maupun guru-guru.
Di sekolah yang kecil, khususnya yang tidak mempunyai pegawai administrasi, kepala sekolah sering harus berpungsi sebagai petugas administrasi,mengurus korespondensi,mengantar surat keberbagai instansi,membuat laporan-laporan dan sebagainya,karena biasanya ia mempunyai jam mengajar yang di kurangi,bahkan dapat dibebaskan dari tugas mengajar.Dan pekerjaan administrasi itu kepala sekolah dapat dibantu oleh guru.Akan tetapi disekolah menengah biasanya kepala sekolah di bantu oleh oegawai administrasi.

E.     KEDUDUKAN GURU DALAM STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH
Kedudukan guru lebih rendah dari pada kepala sekolah dan karena itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai sekolah. Dalam kenaikan pangkat ia bergantung pada disposisi atau rekomendasi yang baik dari kepala sekolah dan karena itu banyak sedikitnya masa depannya di tentukan oleh hubungan-hubungan dengan kepala sekolah itu. Sebagai pegawai atau bawahan ia dibawah kekuasaan kepala sekolahnya. Guru mempunyai kedudukan sebagai pegawai, dan dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkanoleh atasan Pemerintah atau yayasan. Pelanggaran dapat diberik tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang berarti pencabutan sumber pedapatannya.
Kedudukan guru tidak sama. Pada umumnya dianggap bahwa kedudukan guru SMP lebih tinggi dari pada guru SD akan tetapi lebih rendah daripada Guru SMA. Petugas Inspeksi yang mengawasi sekolah dianggap lebih tinggi pula kedudukannya daripada guru maupun kepala sekolah.
Di dalam sekolah menengah itu sendiri kedudukan guru juga tidak sama. Guru yang mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi kedudukannya daripada yang lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti matematika, fisika, kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daipada yang memegang bidang studi agama, PKK, atau pendidkan jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam test masuk Perguruan Tinggi
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja. Berkat usia dan pengalamannya mengajar guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru atau yang lebih muda. Kegagalan untuk memenuhi harrapan ini akn bertentangan dengan bayangan golongan tua tentang kedudkan golongan muda.

F.     HUBUNGAN GURU-MURID
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.
1.       Ciri has dari hubungan ini adalah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru dan murid.
Guru itu secara umum diakuai mempunyai status yang lebih tinggi dank arena itu dapat menuntut murid untuk menunjukan kelakuan yang sesuai denagn sifat hubungan itu. Bila anak itu meningkat sekolahnya ada kemungkinan ia mendapat kedudukan yang lebih tinggi dan sebagai siswa pasca sarjana ia dapat diperlakuakn sebagai manusia yang matang dan dewasa, jadi banyak sedikit dengan status yang mendekati status dosen. Namun hubungan guru-murid dari masa sebelumnya masih melekat dan masih susah dihilangkan, setidaknya di Negara kita ini. Guru atau dosen banyak sedikit masih turut berkuasa atas nasib siswa dan selalu dapat berlindung di belakang posisinya yang serba kuasa itu.
2.       Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar.
Setiap orang yang mengajar akan mengalami perubahan dan menambah pengalamnnya, akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan menunjukan perubahan kelakuan, sedngakan murid harus memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia telah mengalami perubahan kelakuan.
3.       Aspek ke tiga ini bertalian dengan aspek ke dua yakni perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik, misalnya agar anak menuasai bahan pelajaran tertentu. Mengenai hal-hal yang umum, yang kabur, tidak mudah tercapai, kesamaan pendapat, misalnya apakah guru harus menunjukan cinta kasih dan saying kepada murid,  apakah ia harus bertindk  sebagai orang tua, atau sebagai sahabat. Karena sifat tak sama dalam kedudukan guru murid, maka sukar bagi guru untuk mengadakan hubungan akrab, kasih saying atau sebagai teman dengan murid. Demi hasil belajar yang diharapkan diduga guru itu harus dihormati dan dapat memelihara jarak dengan murid agar ia dapat berperan sebagai model bagi murid-muridnya.
Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid apabila dalam memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti terdapat dalam metode ceramah akan tetapi hubungan interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak murid. Hubungan itu akan lebih efektif dalam kelas yang kecil daripada di kelas yang besar.

G.    KLIK DI KALANGAN GURU
Di kalangan guru-guru sering terjadi pengelompokan atau pembentukan “Klik” (clique) yang bersifat informal. Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan jenis kelamin, misalnya guru-guru wanita mempunyai kelompok atau klik sendiri untuk tujuan-tujuan yang khas bagi wanita. Klik ini lebih bersifat sosial.
Kelompok lain dibentuk berdasarkan minat profesional untuk membicarakan masalah-masalah pendidkan. Kelompok professional ini tidak dibatasi pada jenis kelamin tertentu.
Adapula kelompok yang bersifat sosial bagi guru pria dan wanita yang berkumpul pada waktu-waktu tertentu untuk melakukan kegiatan yang menggembirakan. Kesamaan minat atau kegemaran seperti main kartu, olahraga, music, dan lain-lain, dapat menjadi dasar membentuk klik. Anggota klik biasanya guru-guru dari tingkat sekolah yang sama, misalnya guru-guru  SD, SMP, atau SMA. Jarang seorang guru menerobos batas-batas sekolah itu dalam pembentukan klik informal.
Faktor-faktor yang membantu pembentukan kelompok antara lain kedudukan formal yang sama, misalnya guru-guru SMP, bidang studi yang diajarkan, seperti pengajar matematika, juga faktor ekologi, yakni lokasi atau tempat tinggal yang berdekatan.
Lalu apakah peranan klik itu sendiri di sekolah? Hubungan dalam klik informal itu sering memgang peranan dalam mengambil berbagai keputusan. Maka besar faedahnya bila kepala sekolah mengetahui tentang adanya berbagai kelompok serta hubungan antar-kelompok itu, atau pertentangan diantaranya. Pengetahuan itu dapat membantu kepala sekolah untuk menggerakan seluruh staf guru untuk tujuan tertentu. Ia dapat bkerja dan mencapai tujuannya melalui kelompok informal ini. Guru-guru lebih mudah menerima sesuatu melalui guru-guru yang dipandangnya sebagai sahabat.
Mungkin juga terdapat persaingan antar-kelompok yang dapat dimanfaatkan kepala sekolah untuk berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Akan tetapi persaingan antar-kelompok dapat dapat mempunyai pengaruh yang merugikan.

H.    ORANG DEWASA TAK PENGAJAR
Yang termasuk golongan ini antara lain pegawai administrasi dan pesuruh sekolah. Secara formal kedudukan mereka lebih rendah dari kepala sekolah dan tenaga pengajar. Pesuruh dipandang lebih rendah kedudukannya daripada pegawai administrasi. Hierarki itu juga diterima oleh yang bersangkutan dan oleh masyarakat.
Dalam praktik ada kemungkinan pegawai administrasi yang telah lama memegang jabatannya dan telah mengenal seluk beluk sekolah mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Banyak tugas dapat dipercayakan kepadanya. Dalam berbagai hal pendapatnnya diperlukan oleh pemimpin sekolah dalam mengambil keputusan atau tindakan. Guru-guru bahkan kepala sekolah dapat silih berganti akan tetapi pegawai administrasi, khususnya kepala tata usaha mungkin tetap pada jabatannnya, sehingga ia mudah mendapat kepercayaan staf guru termasuk kepala sekolah. Tentu saja ada pula kemungkinan pegawai administrasi mempunyai kedudukan informal ynag terhormat di dalam masyarakat atau mengenal masyarakat secara mendalam sehingga kepala sekolah sering menggunakannya sebagai manusia sumber dalam hal-hal yang menyangkut masyarakat dan pendidikan.

I.       STRUKTUR SOSIAL MURID – MURID DI SEKOLAH
Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai system persahabatan dan hubungan –hubungan soaial. Bedanya dengan orang dewasa ialah bahwa struktur sosial ini lebih bersifat tak formal. Struktur social pada orang dewasa lebih formal, karena kedudukan mereka yang berkaitan dengan jabatannya telah ditentukan dan dapat dirumuskan serta merupakan suatu bagian dari system social dalam masyarakat.
Pada umumnya orang dalam masyarakat mengetahui kedudukan seorang guru di suatu sekolah. Tak demikian halnya dengan kedudukan murid sebagai misalnya anggota regu basket atau ketua kelompok belajar. Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan murid yang lebih formal seperti ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan kedudukan murid bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam kalangan sekolah itu saja.
 Ada dua metode utama untuk mempelajari struktur informal para pelajar:
1.      Teknik sosiometri yaitu dalam garis besarnya kepada murid ditanyakan siapakah diantara murid-murid, satu orang atau lebih, yang paling disukainya sebagai teman belajar,menonton bioskop, diundang ke rumah atau untuk kegiatan lainnya, atau sebaliknya yang paling tidak disukainya, yang tidak dianggapnya sebagai teman. Dari hasil pertanyaan itu yang diajukan kepada setiap murid dalam kelas atau kelompok murid dapat disusun suatu diagram yang disebut sosiogramyang secara visual jelas menunjukan kedudukan seorang dalam hubungan social dengan murid-murid lain. Sosiogram itu dapat segera memperlihatkan pengelompokan atau klik (clique) dikalangan murid-murid.  
2.      Metode partisipasi-observasi yaitu sambil turut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok selama beberapa waktu mengadakan observasi tentang kelompok. Melalui partisipasi itu pengamat menganalisis kedudukan setiap murid dalam hubungannya dengan murid-murid lainnya di dalam kelompok itu. Seorang pengamat yang turut serta dalam kegiatan murid yang terlatih sebagai pengamatakan dapat menemukan dan merumuskan berbagai hubungan yang terdapat diantara anggota-anggota  kelompok itu.

Disuatu sekolah dapat kita temukan macam-macam kedudukan murid dan hubungan antar murid, antara lain :
       Hubungan dan kedudukan berdasarkan usia dan tingkat kelas
       Struktur sosial berhubungan dengan kurikulum
       Klik atau kelompok persahabatan disekolah
       Hubungan antara struktur masyrakat dengan pengelompokan di sekolah
       Kelompok Elite
       Kelompok siswa yang mempunyai organisasi formal

J.      KEDUDUKAN MENURUT USIA DAN KELAS
Murid-murid suatu kelas yang pada umumnya mempunyai usia yang sama cendurung untuk menjadi suatu kelompok yang merasa dirinya kompak dalam menghadapi kelas lain, bahkan menghadapi guru misalnya dalam pertandingan dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut nama-nama dan kehormatan kelas itu. Terhadap kelas yang lebih tinggi mereka merasa dirinya orang bawahan sebagai adik terhadap kakak yang pantas menunjukan rasa hormat dan patuh. Sebaliknya terhadap kelas yang lebah rendah mereka merasa sebagai “atasan” atau “kakak kelas” yang patut disegani dan dipatuhi. Demikian pula murid-murid SMA merasa dirinya lebih tinggi daripada murid SMP akan tetapi memandang mahasiswa sebagai kakak yang lebih tinggi kedudukannya. Antara murid-murid yang berbida tingkat kelasnya terdapat hubungan atasan-bawahan, super-ordinat-sub-ordinat atau kakak-adik. Murid-murid yang lebih tinggi mempunyai kekuasaan dan control terhadap murid-murid yang kelasnya lebih rendah dan usianya lebih  muda.
Kedudukan atasan dan kekuasaan murid-murid kelas tinggi diperkuat oleh bebagai tugas kehormatan yang diberikan kepada mereka, sebagai ketua OSIS, ketua regu olah raga atau bebagai panitia, pengurus berbagai perkumpulan lainnya atau pemimpin berbagai kegiatan siswa lainnya.
            Dalam tiap kelas terdapat pula macam-macam kumpulan, akan tetapi perkumpulan itu hanya sebatas pada murid-murid di kelas itu saja. Namun ada perkumpulan dan kegiatan yang melewati batas-batas kelas, misalnya regu olahraga, band music, dan lain-lain oleh sebab itu murid-murid yang menonjol prestasi atau keterampilannya tersebar di semua kelas.

K.    STRUKTUR SOSIAL BERHUBUNGAN DENGAN KURIKULUM
Pada umunya tidak ada diferensiasi kurikulum berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Murid-murid di SD, SMP, SMA wanita maupun pria mengikuti pelajaran yang sama. Disana-sini terdapat perbedaan kecil, misalnya sepak bola hanya di ikuti oleh murid-murid pria saja dan ketrampilan menjahit yang lebih sesuai dilakukasn oleh murid-murid wanita. Bidang studi akademis sama bagi semua anak pria maupun wanita.
Belajar sebagai kegiatan utama disekolah ada pertaliaannya dengan struktur social murid-murid. Berhasil atau gagalnya seorang murid dalam pelajarannya turut menentukan kedudukannya dalam kelompoknya. Seorang dikenal jago matematika, fisika, bahasa, dan lain-lain. Murid-murid yang pandai sering diberikan tugas-tugas yang khusus dari guru. Biasanya hanya murid-murid yang rapornya baik dizinkan menjadi anggota pengurus perkumpulan sekolah. Dalam kelompok belajar murid yang pandai akan dijadikan pemimpin. Ada sekolah-sekolah yang termasuk besar yang membentuk kelas yang terdiri atas murid-murid yang berprestasi tinggi. 
Di SMA setelah semester pertama diadakan pembagian dalam jurusan-jurusan, menurut teorinya menyalurkan murid-murid menurut bakat masing-masing. Dalam kenyataannya murid-murid yang berprestasi yang memadai akan msuk ke dalam jurusan IPA yang dianggap mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada misalnya jurusan IPS, karena urusan itu membuka pintu ke jabatan yang lebih tinggi dan terhormat seperti insinyur atau dokter. Maka murid-murid yang masuk IPS dapat dicap sebagai yang “kurang pandai” yang mereka rasakan sebagai pukulan terhadap harga diri mereka.

L.     PENGELOMPOKAN DI SEKOLAH
Pengelompokan atau pembentukan klik (Clique) mudah terjadi disekolah. Suatu klik terbentuk bila dua orang atau lebih saling merasa persahabatan yang akrab dan karena itu banyak yang bermain bersama, sering bercakap-cakap, merencanakan dan melakukan kegitan yang sama di dalam maupun di luar sekolah. Mereka saling merasakan apa yang dialami oleh salah seorang anggota kelompoknya dan saling mengungkapkan apa yang terkandung dalam hatinya termasuk apa yang dirahasiakannya kepada orang lain, seperti hubungan mereka dengan orangtua dengan jenis kelamin lain dan kesulitan-kesulitan pribadi lainnya.
Keanggotaan klik bersifat sukarela dan tak formal. Seorang diterima atau ditolak atas persetujuan bersama. Walaupun  klik tidak mempunyai peraturan yang jelas, namun ada nilai-nilai yang dijadikan dasar untuk menerima anggota baru dan menindaknya bila ia tidak memenuhi syarat-syarat itu.
 Anggota klik merasa diri bersatu dan merasa diri kuat dan penuh kepercayaan berkat rasa persatuan dan kekompakan itu. Mereka mengutamakan kepentingan kelompok di atas kepentingan individual dan sikap ini dapat menimbulkan konflik dengan orangtua, sekolah, dan klik-klik lainnya. Bila klik ini mempunyai sikap anti sosial maka klik itu dapat menjadi “geng”.
Orang luar, khususnya orang tua dan guru sering tidak dapat memahami makna klik bagi anggota-anggotanya dank arena itu cenderung untuk meremehkannya. Akibatmnya pemuda itu justru makin merapatkan diri dengan kelompoknya yang member kekuatan kepadanya untuk membebaskan diri dari kekuasaan dan pengawasan orang tua, sekolah dan lembaga-lembaga lainnya. Dari kelompoknya ia yakin mendapat bantuan penuh akan tetapi sebaliknya tiap anggota harus menunjukan kesetiannya kepada kelompok itu. Mereka yang tidak patuh akan disingkirkan dan ancaman akan dianggap pengkhianat  terhadap klik itu menjami kekompakkannya.
Untuk mengetahui struktur pengelompokan atau klik di dalam kelas kita gunakan teknik sosiometri seperti telah diuraikan sebelumnya. Anggota klik yang semuanya yang saling memilih dapat dipandang paling kompak. Kekompakan itu agak kurang eratnya bila anggotanya juga memilih orang lain itu di luar klik itu.
Belum cukup keterangan tentang stabilitas klik. Dalam klik terjadi perubahan karena berbagai alas an misalnya pindahnya seorang anggota ke sekolah lain atau kelas lain, adanya anggota yang tinggal kelas atau putus sekolah atau meningkatnya seorang ke dalam  klik yang lebih tinggi kedudukannya. Perubahan juga terjadi dengan bertambahnya usia. Ada kemungkinan mereka memasuki masa pacaran yang meminta loyalitas baru.
Stabilitas klik dapat diselidiki dengan menggunakan teknik sosiometri pada jangka waktu tertentu, misalnya dengan jarak waktu satu , dua atau tiga tahun. Dengan membandingkan sosiogramnya dapat kita lihat perubahan-perubahan yang terjadi. Kita dapat pula mencoba menyelidiki sebab-sebab perubahan itu. Sebab-sebab itu letak di dalam kelompok itu sendiri dan bukan atas pengaruh guru. Suatu pertanyaan ialah hingga manakah guru mampu mengubah struktur social murid-murid kelas.
Faktor yang paling penting dalam pembentukan klik adalah usia atau tingkat kelas. Suatu klik jarang beranggotakan anak yang berusia dua tahun lebih atau yang kelasnya satu dua tahun lebih tinggi. Selain itu klik biasanya beranggotakan murid jenis kelamin yang sama. Tidak ada bukti yang menunjukan pembentukan klik berdasarkan prestasi akademis atau intelgensi. Menurut pengamatan sehari-hari tampaknya anggota suatu klik mempunyai minat atau kegemaran yang sama, misalnya musik, olah raga dan sebagainya.
Klik juga menggambarkann struktur social dalam masyarakat. Anggota klik kebanyakan termauk golongan social yang sama tingkatnya. Maka klik menunuka stratifikasi social yang terdapat dalam masyarakat temapat sekolah itu berada. Murid-murid pada umunya memilih sebagai temannya sekolompok anak dari golongan social yang sama atau yang lebih sedikit tingkatannya. Anak-anak dari golongan social rendah kurang dipilih sebagai teman seklik.
Struktur klik juga bertalian dengan struktur ekologi masyarakat. Mereka yang tepat tinggalnya berdekat cenderung untuk sama-sama pulang pergi ke sekolah dengan kendaraan atau jalan kaki dan dengan demikian mengikat persahabatan. Factor ini tak lepas dari dan dengan dengan demikian mengikat persahabatan. Factor ini tak lepas dari factor-faktor sebelumnya karena tempat tinggal juga ditentukan oleh status social tertentu.
Batas-batas antar-golongan dapat dapat diterobos berkat pergaulan jangka lama. Lagi pula bila dalam masyarakat sendiri tidak terdapat batas-batas golongan social yang jelas, maka di sekolah juga tidak akan terdapat rintangan dalam pergaulan antar-golongan. Tidak terdapat pengelompokan murid berdasarkan pekerjaan atau kedudkan orang tuanya.
Bentuk-bentuk klik yang memungkinkan timbulnya di suatu sekolah banyak aneka ragamyna, bergantung pada perbedaan murid yang terdapat di sekolah itu. Ada kemungkinan terbentuk kelompok berdasarkan kesukuan di kalangan murid-murid yang dapat dari daerah lain, atau karena mereka merupakan minoritas. Ada kelompok ‘elite’ yang terdiri dari atas anak-anak orang kaya atau yang menunjukan prestasi akademis tinggi dan kepribadian yang tinggi. Ada pula keompok orang rendahan, yang berasal dari keluarga yang tak-berpendidikan, yang kelakuannya berbeda dan tidak dapat diterima baik oleh murid-murid lain. Studi tentang corak klik dapat mengungkapka latar belakang yang lebih mendalam.
Pengelompokan murid atau adanya berbagai klik dalam system social kelas mempengaruhi kelakuan anggota kelompok itu, ke arah yang baik maupun ahli sosiologi belum secara mendalam menganalisisnya dan mempelaari efeknya atas fungsi kelompok itu maupun atas kelakuan anggotanya secara individual. Guru belum menggunakan atau bahkan melihat kemungkinan penggunaan klik untuk kepentingan pendidikan, misalnya untuk  mempertinggi motivasi belajar, memelihara dan mempertahankan norma-norma kelakuan yang baik atau mempertinggi efekitvitas pendidikan.
Selain pengelompokan yang tak-formal terdapat puka perkumpulan yang mempunyai pengurus. Perkumpulan utama di sekolah menengah ialah OSIS yang dapat meliputi berbagai seksi, seperti seksi olahraga, kesenian, kerohanian, dan sebagainya. Para siswa yang mempunyai hobi tertentu dapat membentuk kelompok masing-masing, yang dapat bernaung di bawah OSIS.
Menjadi anggota pengurus merupakan suatu kehormatan. Berkat tugas dan tanggung jawab, mereka akan dikranl oleh segenap siswa dank arena itu mendapat status yang terhormat. Dalam berbagai hal misalnya mengenai siswa dan sekolah mengambil keputusan, sehingga mereka merasa tururt bertanggung jawab atas kesejahteraan sekolah.


M.   PENGARUH-PENGARUH LUAR TERHADAP SEKOLAH
Berbagai hal-hal diluar sekolah yang dapat mempengaruhi system sekolah itu sendiri antara lain:
a)      Pengaruh terhadap murid
b)      Pengaruh terhadap peranan guru
c)      Pengaruh terhadap sekolah
Pengaruh terhadap peranan murid.
Peranan murid antara lain ditentukan oleh guru akan tetapi juga oleh pandangan masyarakat tentang peranan murid antara lain oleh keluarga murid, kelompok sepermainan, model-model bagi kelakuannya termasuk tokoh-tokoh media masa. Orang tua dapat mempengaruhi sikap anak terhadap otoritas guru,dapat mendukung atau mencela guru dalam tindakannya. Orang tua juga dapat membantu anak dalam pekerjaan anaknya atau menugaskan anak melakukan berbagai pekerjaan yang menghalangi anak belajar di rumah. Status social bertalian yang bertalian dengan aspirasi orangtua dan prestasi belajar muris. Orang tua yang berada dapat menyediakan segala fasilitas belajar bagi anaknya.
Kelompok teman sepermainnanya yang mempunyai sub-kebudayaan tersendiri dapat menambah motivasi anak belajar atau justeru menyelewengkan anak kepada kegiatan yang merusak pelajaran. Bagaman memanfaatkan kelompok itu untuk kebaikan pendidikan masih merupakan masalah bagi para pendidik.
Dalam dunia modern ini anak dipengaruhi oleh berbagai tokoh film, TV, majalah, buku komik dan lain-lain, yang dijadikan anak sebagai model yang dapat diduga mempengaruhi kelakuan anak, walaupun belum kita ketahui apa dan bagaimana pengaruh itu. Media massa diduga dapat merusak hubungan guru-murid, bila tokoh-tokoh criminal atau pemberontak yang banyak menggunakan kekerasan dan dipuja-puja seperti pahlawan.

Pengaruh luar terhadap guru
Peranan guru sebagian besar ditentukan oleh harapan-harapan kepala sekolah dan pihak atasan. Murid-murid sendiri jarang menantang kedudukan guru. Akan tetapi pihak luar dapat mempengaruhi peranannya, antara lain:
       Orang tua murid
       Perkumpulan guru
       Keluarga dan teman sepergaulan guru
Walaupun orang tua jarang berhadapan muka dengan guru kecuali dalam hal-hal khusus, namun pengaruh orang tua sangat besar atas kelakuan guru. Setiap guru tahu bahwa anak-anak memberitahukan kepada orang tuanya apa yang  terjadi di sekolah dan secar berkala orangtua mendapat laporan tentang hasil beljara dan kelakuan murid. Kesadarn itu akan turut menetukan tindakan guru terhadap setiap anak.
Perkumpulan guru dapat mempengaruhi guru dan mengharapkan agar guru-guru berpegang teguh kepada etika guru.
Hingga batas tertentu mungkin guru juga dipengaruhi oleh keluarganya sendiri dan oleh orang-orang dalam lingkungan sosialnya.

Pengaruh luar terhadap sekolah
Tiap sekolah berada dalam lingkungan sosial tertentu, yakni masyarakat sekitar, daerah, maupun Negara. Norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sekitar sekolah mau tidak mau harus di hormati guru. Dalam masyarakat terdapat kelompokkelompok yang dengan sengaja ingin mempengaruhi apa yang diajarkan kepada anak-anak seperti golongan usahawan, buruh, patriot gama, veteran, tentara, politik, dan sebagainya, tentu saja melalui pemerintah. Sekolah tak dapat tiada menjalankan kurikulumdengan segala aturan yang ditentukan oleh Negara.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jadi yang dimaksud struktur sosial sekolah adalah
1.      materialnya (jumlah orang, pria, wanita, dewasa, anak, guru, murid, dan sebagainya)
2.      hubungan antara bagiannya (apa yang diharapkan guru dari murid dan sekolahnya, dan sebagainya)
3.      hakikat masyarakat itu sebagai keseluruhan yakni caranya bagian-bagiannya menjadi kesatuan yang bulat agar dapat menjalankan fungsinya.
Struktur itu memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu. Dengan demikian dapat dicegah berbagai konflik dan dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan.


B.     Saran
Kami akui makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan pengalaman yang kami miliki sangat kurang dan terbatas. Oleh karena itu diharapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritk yang membangun untuk pembelajaran kami di masa yang akan datang.










DAFTAR PUSTAKA

Nasution. M.A. Prof. Dr. Sosiologi Pendidikan. 2004.Jakarta:Bumi Aksara
Gunawan, Ary. 2006.Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang  Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar